Lebaran ke 4
(Seingetku yaH)
Perasaanku tak terkira. Hari yang bersejarah ini akan mengukir kenangan tersendiri. Kunanti mereka. Ya kunanti mereka dari ketika aku tahu bahwa mereka akan dating ke mari. Ke Kalibening yang menjadi tempat terciptanya sejaran sesason.
Melewati pagi, siang dan sampailah sore. Ada kabar kalau Dian sudah sampai sekolah. Itu berarti sebentar lagi dia pasti ke rumah. Tetap menunggu sampai maghrib. Vita dan Vitri tak jua memberi kabar tentang mereka. Entah mereka sampai mana. Harusnya jam segini mereka sudah sampai.
Sampailah di isya’. Ba’da isya’ aku menerima sms kalau Wikan sudah sampai Kota Salatiga, Mas Hilmiy dan sobat-sobat lain akan menjemputnya. Sungguh hal yang mengejutkan. Setahuku Wikan tak jadi ke sini. Dia sempat xmx kalau kemungkinan dia tidak ke Salatiga adalah sekitar 89%. Entah angina apa yang memaksanya untuk tetap ke Salatiga.
Finaaaaaaaaaaa. Logatnya yang khas memuncak begitu memasuki rumah. Kulihat dia banyak berubah. Udara di Jogja banyak merubahnya. Tapi tidak dengan keceriaan dan bahasa konyolnya. Aku, Wikan, Bapak, Mae, dan Pak Achmad ngobrol di ruang tamu. Kami membicarakan banyak hal. Dan Wikan banyak bercerita.
Kami masih menunggu tiga orang. Dian, Vitri, dan Vita. Tapi berikut, kami baru tahu kalau Dian sudah harus pulang karena dijemput Papanya. Jadi tinggallah kami menunggu Vitri dan Vita. Waktu berjalan dan terus berjalan. Mereka tak juga memberi kabar. Bahkan hppun tak aktif karena kehabisan betre. Dugaannya kena macet. Karena Wikan sendiri juga kena macet.
Aku dan Wikan memutuskan untuk ke kamar depan. Kamar yang sudah kusiapkan untuk menyambut kedatangan mereka. Pak Achmad sudah pamit dan minta dikabari kalau Vita dan Vitri sampai terminal.
Wikan merebah dan melepas lelah. Di tempat itu, kami masih sempat berdialog sambil sms.
Sudah jam sepuluh. Mereka belum juga nampak. Nyaris Wikan terlelap di atas bantal. Tapi urung, karena kemudian suara motor menderu memecah sunyi. MEREKA DATANG. Aku dan Wikan sama-sama terjingkat. Kami keluar kamar dan lekas ke teras rumah. Mereka berdua lari dan kami langsung berpelukang melepas rindu. Suasana yang renyah dan kami begitu bahagia. Semua masuk kamar.
“Rasanya mimpi,” ucap Vita, “Nggak kerasa ke sini lagi,”
Mereka memasuki kamar depan, dan kami ngobrol sampai puas. Wikan yang menurut sejarah sangat jarang absent tidur di awal malam, kini dipaksa untuk tidur lebih larut. Padahal sepertinya dia sangat lemas, dan matanya sudah sangat tak bisa diajak kompromi. Tapi demi kebersamaan ini, dia rela tidur hingga tengah malam.
Kami cerita banyak hal, bercanda dan berbahagia bersama.
“Padahal baru sebentar, tapi rasanya udah lamaaaaaaaaaaaa banget,”
***
Hari ini, kami sepakat mau silaturrahmi ke rumah teman-teman QT. Vita terus-terusan meminta Mila untuk dating ke Kalibening. Dan sekitar jam sepuluh, Mila sampai. Kerenyahan hari ini masih terasa. Begitu Mila datang, sorak-sorak gempar menyelimuti kamar depan. Ada yang menitikkan air mata pula..
Tak lama, kami mulai silaturrahmi. Dimulai dari rumah Kana, kemudian Mbak Amik, kemudian ke rumah Zaty. Di situ, Vitri histeris. Zati adalah teman satu kelasnya. Mereka ngobrol banyak hal. Lamaaaaaaaa sekali.
Setelah itu kami ke rumah Izza, baru kemudian ke rumah Mbah Lam. Di rumah bersejarah ini Vitri kembali histeris. Dia merangkul dan memeluk Mbah Lam saking rindunya. Kami nyaris menghabiskan agar-agar yang disediakan Mbah Lam sebagai makanan lebaran.
Usai dari rumah Mbak Lam, kami meluncur ke rumah Pak Din. Kali ini selain silaturrahmi kami juga foto-foto untuk kenang-kenangan. Oiya, sebelumnya kami berjumpa dengan Zulfah. Karena Vita terus-terusan meminta Zulfah untuk ke sekolah.
Kerenyahan kembali terjadi. Perjumpaan dengan Zulfahpun membuat mereka heboh.
Usai ke rumah kepala sekolah kami melanjutkan ke beberapa teman QT. Setelah itu, bersama Zulfah kami pulang. Zulfah masih ikut bersama kami karena usai dzuhur, kami sepakat ke kota untuk menikmati waktu bersama.
Tak tanggung-tanggung, akhirnya dari taman sari ke pancasila kami jalan kaki. Padahal jarak yang kami tempuh tak dekat. Butuh waktu satu jam untuk sampai tujuan.
Sampai lokasi kami memilih membeli empek-empek dan juz Alvocado. Di tempat itu kami ngobrol banyak hal. Tak terasa sudah sore. Padahal esok kami sudah harus pulang.
Usai sholat di Masjid STAIN, kami melanjutkan perjalanan. Kami mengunjungi Ada Baru untuk membeli pernak-pernik.
MAGHRIB…
Wikan sudah harus beranjak pulang. Esok dia sudah masuk sekolah. Tinggallah aku, Mila, Vitri dan Vita.
Ba’da Isya’
Kami silaturrahmi ke rumah Emy. Di tempat itu pula Vitri kembali heboh.
Di rumah Emy kami banyak ngobrol. Kali ini Vita lebih banyak diam. Ya, ini yang berubah dari Vita.
Lepas dari rumah Emy, kami melepas lelah di rumah.. Tidur.
Esoknya,
Kami sepakat jalan-jalan dan cari tempat yang cocok buat mengabadikan moment. Hallah, maksutnya narsis itu lho.
Kami memilih jalan ke sawah. Sebuah tempat yang penuh kenangan. Tempat ini pernah jadi lokasi shooting anak season ketika pembuatan video untuk sahabat yang diputar saat pemutaran SF Ampuh tahun kemarin.
Kami jalan-jalan menghabiskan waktu yang tersisa.
Sekitar jam sepuluh… semuanya kembali pulang.
Jumat, 07 November 2008
CERITA LEBARAN KAMI
Diposting oleh Season in the sun di 15.44 0 komentar
Langganan:
Postingan (Atom)