THOUSANDS OF FREE BLOGGER TEMPLATES

Jumat, 07 November 2008

CERITA LEBARAN KAMI

Lebaran ke 4
(Seingetku yaH)
Perasaanku tak terkira. Hari yang bersejarah ini akan mengukir kenangan tersendiri. Kunanti mereka. Ya kunanti mereka dari ketika aku tahu bahwa mereka akan dating ke mari. Ke Kalibening yang menjadi tempat terciptanya sejaran sesason.
Melewati pagi, siang dan sampailah sore. Ada kabar kalau Dian sudah sampai sekolah. Itu berarti sebentar lagi dia pasti ke rumah. Tetap menunggu sampai maghrib. Vita dan Vitri tak jua memberi kabar tentang mereka. Entah mereka sampai mana. Harusnya jam segini mereka sudah sampai.
Sampailah di isya’. Ba’da isya’ aku menerima sms kalau Wikan sudah sampai Kota Salatiga, Mas Hilmiy dan sobat-sobat lain akan menjemputnya. Sungguh hal yang mengejutkan. Setahuku Wikan tak jadi ke sini. Dia sempat xmx kalau kemungkinan dia tidak ke Salatiga adalah sekitar 89%. Entah angina apa yang memaksanya untuk tetap ke Salatiga.
Finaaaaaaaaaaa. Logatnya yang khas memuncak begitu memasuki rumah. Kulihat dia banyak berubah. Udara di Jogja banyak merubahnya. Tapi tidak dengan keceriaan dan bahasa konyolnya. Aku, Wikan, Bapak, Mae, dan Pak Achmad ngobrol di ruang tamu. Kami membicarakan banyak hal. Dan Wikan banyak bercerita.
Kami masih menunggu tiga orang. Dian, Vitri, dan Vita. Tapi berikut, kami baru tahu kalau Dian sudah harus pulang karena dijemput Papanya. Jadi tinggallah kami menunggu Vitri dan Vita. Waktu berjalan dan terus berjalan. Mereka tak juga memberi kabar. Bahkan hppun tak aktif karena kehabisan betre. Dugaannya kena macet. Karena Wikan sendiri juga kena macet.
Aku dan Wikan memutuskan untuk ke kamar depan. Kamar yang sudah kusiapkan untuk menyambut kedatangan mereka. Pak Achmad sudah pamit dan minta dikabari kalau Vita dan Vitri sampai terminal.
Wikan merebah dan melepas lelah. Di tempat itu, kami masih sempat berdialog sambil sms.
Sudah jam sepuluh. Mereka belum juga nampak. Nyaris Wikan terlelap di atas bantal. Tapi urung, karena kemudian suara motor menderu memecah sunyi. MEREKA DATANG. Aku dan Wikan sama-sama terjingkat. Kami keluar kamar dan lekas ke teras rumah. Mereka berdua lari dan kami langsung berpelukang melepas rindu. Suasana yang renyah dan kami begitu bahagia. Semua masuk kamar.
“Rasanya mimpi,” ucap Vita, “Nggak kerasa ke sini lagi,”
Mereka memasuki kamar depan, dan kami ngobrol sampai puas. Wikan yang menurut sejarah sangat jarang absent tidur di awal malam, kini dipaksa untuk tidur lebih larut. Padahal sepertinya dia sangat lemas, dan matanya sudah sangat tak bisa diajak kompromi. Tapi demi kebersamaan ini, dia rela tidur hingga tengah malam.
Kami cerita banyak hal, bercanda dan berbahagia bersama.
“Padahal baru sebentar, tapi rasanya udah lamaaaaaaaaaaaa banget,”
***
Hari ini, kami sepakat mau silaturrahmi ke rumah teman-teman QT. Vita terus-terusan meminta Mila untuk dating ke Kalibening. Dan sekitar jam sepuluh, Mila sampai. Kerenyahan hari ini masih terasa. Begitu Mila datang, sorak-sorak gempar menyelimuti kamar depan. Ada yang menitikkan air mata pula..
Tak lama, kami mulai silaturrahmi. Dimulai dari rumah Kana, kemudian Mbak Amik, kemudian ke rumah Zaty. Di situ, Vitri histeris. Zati adalah teman satu kelasnya. Mereka ngobrol banyak hal. Lamaaaaaaaa sekali.
Setelah itu kami ke rumah Izza, baru kemudian ke rumah Mbah Lam. Di rumah bersejarah ini Vitri kembali histeris. Dia merangkul dan memeluk Mbah Lam saking rindunya. Kami nyaris menghabiskan agar-agar yang disediakan Mbah Lam sebagai makanan lebaran.
Usai dari rumah Mbak Lam, kami meluncur ke rumah Pak Din. Kali ini selain silaturrahmi kami juga foto-foto untuk kenang-kenangan. Oiya, sebelumnya kami berjumpa dengan Zulfah. Karena Vita terus-terusan meminta Zulfah untuk ke sekolah.
Kerenyahan kembali terjadi. Perjumpaan dengan Zulfahpun membuat mereka heboh.
Usai ke rumah kepala sekolah kami melanjutkan ke beberapa teman QT. Setelah itu, bersama Zulfah kami pulang. Zulfah masih ikut bersama kami karena usai dzuhur, kami sepakat ke kota untuk menikmati waktu bersama.
Tak tanggung-tanggung, akhirnya dari taman sari ke pancasila kami jalan kaki. Padahal jarak yang kami tempuh tak dekat. Butuh waktu satu jam untuk sampai tujuan.
Sampai lokasi kami memilih membeli empek-empek dan juz Alvocado. Di tempat itu kami ngobrol banyak hal. Tak terasa sudah sore. Padahal esok kami sudah harus pulang.
Usai sholat di Masjid STAIN, kami melanjutkan perjalanan. Kami mengunjungi Ada Baru untuk membeli pernak-pernik.

MAGHRIB…
Wikan sudah harus beranjak pulang. Esok dia sudah masuk sekolah. Tinggallah aku, Mila, Vitri dan Vita.
Ba’da Isya’
Kami silaturrahmi ke rumah Emy. Di tempat itu pula Vitri kembali heboh.
Di rumah Emy kami banyak ngobrol. Kali ini Vita lebih banyak diam. Ya, ini yang berubah dari Vita.
Lepas dari rumah Emy, kami melepas lelah di rumah.. Tidur.

Esoknya,
Kami sepakat jalan-jalan dan cari tempat yang cocok buat mengabadikan moment. Hallah, maksutnya narsis itu lho.
Kami memilih jalan ke sawah. Sebuah tempat yang penuh kenangan. Tempat ini pernah jadi lokasi shooting anak season ketika pembuatan video untuk sahabat yang diputar saat pemutaran SF Ampuh tahun kemarin.
Kami jalan-jalan menghabiskan waktu yang tersisa.
Sekitar jam sepuluh… semuanya kembali pulang.

Jumat, 01 Agustus 2008

Kedatangan GIGIh Hihihi...


IH LUTUNA... ^_^ HIKZ HIKZ HIKZ

24 Juli 2008

Hari ini season diramekan oleh kedatangan keluarga Tia. Terutama karena si Kecil Gigih yang membuat renyah sore ini.

Cowok kecil putih manis dan punya lesung di pipi ini mampu menyedot perhatian anak season.

“Itu cewek ya?” tanyaku saat pertama kali melihat Gigih sedang bermain di teras rumah.

“Cowok.” Ucap Gigih membenarkan.

Kaget juga rasanya mendengar Gigih membenarkan perkataanku barusan. Jadi gemes ajah.

Aku dan Mila makin mendekati cowok kecil yang satu ini. Dia mengajak kami berdialog. Kalau diinget-inget lagi, cowok ini emang rada mirip sama Ami dalam Hal bicara. Ami adalah putri Pak Mujab, guru kami. Anak kecil yang satu ini juga akrab sama keluarga Season. Dia amat cakap kalau masalah bicara. Meski kata-katanya masih dengan logat anak kecil begitu.

Bukan cuma inget Ami, tapi juga inget BAIM dalam sinetron Cinta SMU.

“Gigih pinter ya,” ucap Mila.

“Iya, udah ulang tahun kok.” Jawab Gigih sambil beranjak.

Dia mulai berjalan dan turun dari teras. Dia terlihat berjalan menuju barat ke rumah Pak Dheku. Katanya mau menemui temennya. Siapa lagi kalau bukan Wafi. Anak kecil di rumah itu hanya Wafi seorang. Umurnya belum genap dua tahun. Masih imut-imut dan lucu. Jauh lebih muda daripada Gigih.

“Nggak ada orang,” kata Gigih begitu tahu kalau ruang tamunya kosong.

Gigih beranjak dan kembali ke rumah Season. Lantas dia banyak berdialog bersama kami. Dan anak season bercanda-canda bareng anak kecil yang satu ini. Apalagi dia lari ke sana ke mari. Makin gemes aja.

Anak season gantian menggendong Gigih. Mila diantaranya. Dia nyaris kualahan waktu menggendong saat mau foto bareng. Gigih sangat aktif.

Terakhir yang kutahu, Gigih bisa lebih tenang ketika digendong Khusnul. Karena Khusnul mengajaknya melihat ikan.

Sore ini Tia mau pulang ke Semarang. Dan rencana beberapa hari lagi kembali ke Salatiga.

Sampaikan makasih bwd Season.. termausk Ibu, Bapak, Mbah. Qt dah sampe humz dg selamat…

Sender :

TIA

Sent 19;49;40

Selasa, 22 Juli 2008

SYUKURAN KHUSNUL



Ni Laras niy... cuman kagak begitu jelas...




Chusnul udah khusuk tuw.....




Mila gy ngidam cabe kali ya...
Wakakakakak

Nah lo yang ni lagi nunggu nasgor... so pada sibuk gitcu.. cz lamaaaaaaaaaa bzanget. Soaleh nasgor di sini enuag. Anak season nggak ada yang nggak suka...



21 Juli 2008



Khusnul khatam Qur’an. Tadi pagi dia sudah membacakan doa bersama Ibu. Dan siang tadi dia meneruskan mengaji bersama Mbah dengan penekanan ke makhrajnya juga.
Rencana ba’da isa’ dia mentraktir anak Season ke warung Nasgor di KLUMPIT, desa tetangga.
Lepas maghrib, sempat terjadi perbincangan di kamar. Kami flash back tentang cerita saat anak season traktiran waktu itu.
“Dulu kalau mau traktiran pasi kita rebutan gandengan. Faiq sama Dian, Khunsul sama Vita, terus Wikan sama Fitri dan Fina. Pasti aku nggak dapat pasangan sendiri. Sekarang udah nggak bisa rebutan lagi.” Ucap Mila.
Ba’da isa’ kami berangkat. Hana jadi satu sama Laras dan Putri berjalan di depan. Fina sama Khusnul, Tia juga Mila memilih di belakang. Suasana di jalan sangat riuh. Yang di depan full ekspresi dan rame. Kami berkali-kali mengingatkan…
“sssssssssst..”
Begitu sampai di tempat sepi dan gelap, mereka yang di depan langsung mundur dan bergabung dengan yang di belakang. Kelihatannya mereka ketakutan.
Di jalan kami bertemu Zaty. Sempat tegur sapa barang beberapa saat.
Setelah sampai di warung, kami melihat anak Big Fam tengah menikmati nasi goring.
Kami yang baru sampai segera memilih tempat duduk dan memasan makanan serta minuman.
Kami berfoto-foto untuk mengabadikan moment ini. Dasarnya pada suka narsiz di depan kamera jadi nggak pandang tempat. Baru tau malu begitu orang satu warung melihat ke arah kami.
Mie dan nasigoreng serta minuman tersaji. Kami menyantapnya hingga habis. Sebelumnya kami sudah berdo’a untuk Khusnul sebagai ucapan selamat atas khatamannya. “Semoga tambah sholehah, baca Qur’annya tambah bagus, manfaat dunia dan akhirat, Amin.”
Setelah menikmati makanan malam ini, kami beranjak. Sebelum pulang leih dulu kami memesan beberapa bungkus nasi goring untuk orang rumah.
Lama setelah pesanan diberikan kami beranjak dan melangkah pulang.
Udara dingin memandikan sekujur tubuh. Meski sudah berjaket tetap saja terasa dingin. Langit Kalibening sangat cerah malam ini. Bintang-bintang bertaburan. Rembulan memampangkan kecantikannya. Meski tak seindah kemarin, tapi tetap saja keelokannya menamani langkah kami.
Semoga esok lebih baik…






Senin, 14 Juli 2008

MEMASUKI MUSIM SEMI



Wikan sudah mendapatkan sekolah. Sebuah sekolah yang letaknya di Bantul. Kali ini dekat dengan rumahnya.

Fitri sendiri sudah mendapatkan sekolah sekaligus pondok salaf. Pondok Al-Qur’an yang juga mengajarkan kitab kuning.

Dian sudah mendapatkan sekolah. Sebuah SMK Depok. Yang juga berdekatan dengan rumahnya.

Faiq mendapatkan sekolah di Temanggung.

Vita sendiri sekarang bersekolah di Aqobah.

Jadi kesimpulannya, anak season yang pindah kini bersekolah di sekolah yang dekat dengan rumahnya, kecuali Fitri. Kalau Fitri memang sudah bertekad menghafal Qur’an jadi butuh konsentrasi.

Alhamdulillah…

Ult li albi bissaraha

Hayya nab’idil karaha

Syakkireena a’ kulli ni’ma

Ba’ ideena anil fattana

Season tinggal Mila dan Khusnul. Hmmm… tapi season II kali ini kami kedatangan teman baru. Tia dari Semarang dan Putri dari Jakarta. Kalau Putri mungkin klopnya sama Hana. Karena mereka hampir seumuran.

MET ULTAH

MET ULTAH SEASON....



PYUR..PYUR...


Heppiy B’Day Seiisen

Aini Zulfah

Happy b’day siiseen.. umur qTa dah 1th ne.. WaLau qTa dah dad dlm 1 t4 Lg, tp q-Ta tetep 1… TaLi persaudaraan jgn amphe puTuss.. Lope u All.. –Wikan-

VITA

Luv u..

Met ultah lg buad kita. Semoga tambah sgala’Na.

^_^

Aq sangad bangga mnjd bgian keluarga ini. Trima kasih.. “kita akan selama’Na bersama”

FITRI

Slmt ulang tahun “SEASON” smg seiring bertambahx umur wt bertmbh pula nilai kemanfaatan hidup qt. Amin. Tetap aktif dan profuktif. I gonna miss u, whenever your live (^_^)

MILA

Takkan terlupa walau hanya sesa4t…

Lupe u all… Met ultah y0w… ^_^

FAIQ

T’KNel mK t’sYnk… Lwt sBuah pRkNlan, sin99ah dsbUah pRkumPulan, hing99a seirin9 wKt brJln brTmulh qt d9 kBrSma’an & keK0mPaKan,, T’ trSa wKt tux mN99en99am’a tlh smPai btZ tux BrTmud9 seBuah PRpShn, nAmun pRpShn bKnlah aHir dr s9la’a kwan, qt kN tTp bRsma selaLu di jLn ALLAH, jAuh dMta dKat d hati, seAs0n kn tTp uTuh sLma’a… LupH u aLL… MeD uLtah seAs0n…7 Faiq pamit, maAf b9t Faiq bnyk slh m Xan, slin9 supp0rt& d0’a yW… d0n’t for9et me…^_^

KHUSNUL

Maafkan bila kutak sempurna

Met Ultah Season

FINA

Happy b’Day… my beloved season.

Minggu, 13 Juli 2008

SEASON II

HAY,… Ada dua anggota baru di season… ada TIA sama Putri. Kalo Tia itu jago photographi,,, kalau Putri itu jago gambar N katanya punya cita-cita jadi pelukis…

MET ULTAH SEASON


13 juli 2008


cEiyE....
udah satu tahun niy nama season digunakan...
WeHehe,,,
may be masih pada inged Sm PrOduKsi PeRtAma yang dI aTaS NaMaKaN SeAsoN.
FiLm BeRjUdUL "KaMU" Yang pengeditannya selesai jam satu malem,,,


Hmm.. met ultah buat semuanya,,,
semoga apa yang dicita-citakan bisa tercapai...
everything pokoknya....

keep smile.. keep happy...






"Jika Tua Nanti Kita Telah hidup masing-masing, ingatlah hari itu...."

kepergian Wikan

12 Juli 2008

Sore ini Wikan pergi…

Meneteskan beberapa pemilik air mata.. di rumah Season.

Dan aku sudah sejak setengah tahun lalu mempersiapkan ini semua… mengenai perpisahan yang sudah pasti terjadi.

Tadinya kukira aku bisa lebih tegar dari yang kemarin. Dalam arti, aku tidak menangis di depan orang lain, terutama Wikan. Tapi rupanya begitu pamitan air mataku turun dengan sendirinya. Mungkin dikarenakan mataku sempat menatap air mata milik Ibu Wikan.

Mungkin apa yang diberikan Wikan, terutama supportnya lebih banyak daripada yang kuberikan untuknya.

Wikan adalah manusia pertama yang jadi saksi pembuatan novel pertamaku. Bahkan dia juga ikut mengikuti cerita saat cerita dibuat. Dia banyak memberi masukan dan kritikan. Karena Wikan pada dasarnya Wikan memang anak yang kritis.

Tiga tahun bukan waktu yang sebentar untuk melalui beberapa masa. Bukan hal yang sebentar pula bagi kami mengalami banyak perubahan. Aku dan Wikan sudah sangat dekat. Bahkan seolah apapun yang ada pada Wikan, aku mengetahuinya.

Bagaimana tidak, tiga tahun itulah Wikan menemaniku setiap malam. Dia satu kamar denganku.

Yang pasti banyak hal yang sudah kami jalani.

Aku sudah lelah menangis…

Jadi rasanya aku tidak sanggup kalau harus flashback sekarang…

Yang pasti everything is alright.

Hope all be fine, whenever n wherever…

^_^

KEPERGIAN FAIQ

11 JULI 2008

Faiq pamitan dan membawa barang-barangnya yang semapt tertinggal di kamar...
fiugh.....

Selasa, 08 Juli 2008

TENTANG SEASON

Bukan gank, bukan pula sebuah keluarga satu darah. Season adalah kumpulan anak satu atap. Bertempat di sebuah rumah. Jadi satu dengan sebuah keluarga. Jika disebut kost-kostan tapi semua anak jadi satu dengan keluarga. Jika disebut pondok, tidak ada peraturan ketat di dalamnya. Kami saling berbagi, saling belajar, saling mencoba memahami, dan saling melengkapi. Sehingga jadilah kami semua berkeluarga. Season Family memiliki sejuta cita-cita, segudang rencana, dan berbagai sensasi. Inilah season dengan segala perjuanganya.

Kumiliki bintang bukan bintang biasa, kubisa hapuskan semua dukamu. Kutak akan menghilang selalu ada di hatimu. Memberi bintang hanya untuk cinta…
Kutak akan menghilang selalu ada di hatimu, memberi bintang hanya untuk cinta…
Apa yang membuat air mata berderai berbuah senyum?
Apa yang membuat kegelisahan, menjadi sejuta harapan?
Apa yang membuat keputus asaan menjadikan segudang semangat?
Apa yang membuat kesedihan menjadi kedamaian?
Adalah ketika candamu tersebar. Ketika senyummu tertebar, ketika apimu nyalakan semangat. Ketika tutur katamu yang masih teringat.

Dan yang terbaik selamanya bersama…
Bersama tak harus selalu erat bergandeng tangan.
Tak pula selalu harus bertatap muka.
Kebersamaan ada di hati. Adalah saat kita mengenang dan coba abadikan masa lalu penuh makna dalam tiap lembaran memory kehidupan. Ketika petuah dan nasehat bertuturan. Seribu satu cerita berkumpul jadi satu. Dan segala yang pernah kita lalui, menjadikan pencerahan di hari mendatang.
Satu yang terpenting, kita bersama untuk kebaikan…





Kami menyepakati season menjadi sebuah nama adalah bertepatan saat gelar karya 14 Juni 2007.
Kami bertekad membuat rumah produksi karena sudah ada beberapa film yang sering kami tampilkan di gelar karya sebelumnya.
Pembuatan film horror berjudul KAMU membuat kami berkeinginan memberikan nama untuk sebuah rumah produksi.
Pengeditan yang saat itu selesai pada pukul satu malam, membuat sang editor kuwalahan dalam memilih nama. Pada paginya semua anak dikumpulkan untuk mengusulkan nama. Beberapa usulan dipertimbangkan. Hingga pada usulan terakhir ada pada usulan Wikan. Dia memilih season untuk menjadi nama kami. Menurut pengalaman, rumah produksi ini lebih senang memberikan sesuatu yang tidak monoton. Film yang dipertunjukkan bukan hanya film documenter, tapi juga dilm horror, dan berbagai macam film. Sehingga kami menamainya film. Sesuai dengan kreatifitas anak rumah kami yang musiman.
Jadilah season family yang menjadi rumah produksi. Sejak season diakui namanya oleh public sekolah. Selalu ada karya season yang digelar di acara gelar karya sekolah yang diadakan dua minggu sekali.
Season telah mengeluarkan film documenter sekolah, film horror KAMU n Behind the scene(13,07,2007) documenter pondok dan madrasah Hidayatul Mubtadiien (22/Agustus/2007), film three (17 Agustus 2007), Pisah lagi balik lagi, documenter kemah sekolah di Batur (07/Septermber 2007), teaterku gedhegku, dee-key-tha (17 Agustus 2007), Dokumenter Gelar Karya Cah Alternatif, HIV Gosip, semua untuk cinta (22-November-2007), Dokumenter Jombang Kota Santri (14-February-2008), Kalo Lagi Patah hati, Bersama Bintang (07-Oktober-2007), smart club, SF Ampuh, Video Clip season (Untuk sahabat),
Pertunjukan life season adalah “Lilin-lilin kecil”, Season Award 2008 dengan dua puluh nominasi untuk anak Alnternatif Qaryah Thayyibah, drama perpisahan berjudul Unvoice.
Season dimula dikenal sebagai rumah produksi, yang kemudian nama season berhasil menggeser nama “anak panti” yang sempat disandangkan untuk kami.
Gelar karya banyak membantu season dalam hal kebersamaan. Karena untuk mengisi Gelar Karya itulah warga season sering mengadakan rapat bersama untuk menghasilkan karya bersama. Season yang biasanya ketika berangkat sekolah selalu berpencar menurut jadwal kelas atau jadwal pribadi masing-masing bisa dengan spontan berangkat sersama ketika hari sabtu. Suatu hari untuk Gelar Karya yang telah berhasil membuat season tergerak untuk menghasilkan berbagai karya.

Ada kenangan di setiap peristiwa
Ada petuah di dalam rangkaian kata
Lantas apa lagi yang membuat kita harus terluka
Jika tidak ada, marilah kita berbahagia atas nikmat-Nya.

Sabtu, 28 Juni 2008

Tell me what you want,,, what you really-really want


Kutuliskan kesedihan, semua tak bisa kau ungkapkan…

Dan kita kan bicara dengar hatiku,

MEMORY SEASON NEVER END…


28 Juni 2008


Kutata hatiku pelan-pelan pagi ini. Suara-suara burung sudah kudengar. Lantunan Al-Qur’an juga masih lantang diperdengarkan oleh Adikku di tempat sholat bersama Ibuku.

Aku tidak tega menyebut hari ini sebagai hari yang menyedihkan. Yang pasti hari ini adalah perjuangan!!!

Aku tak boleh lelah, semuanya Lillah.


Kuingat kembali cerita yang lalu. Mengenai firasat dan berbagai tanda kepindahan mereka. Aku masih bias menghibur diriku sendiri dengan mengatakan kalau mereka semua tidak jadi pindah. Berharap aku tidak larut dalam sedih. Karena aku sudah lelah menangis.

Malam itu ketika aku mencari data untuk menulis profile anak season tidak sengaja aku temukan teriakan milik Vita. Teriakan kalau dia pengen pulang, merasa jenuh dengan suasana seperti ini, dan berbagai kalimat yang cukup menghentak. Aku terenyuh untuk beberapa saat. Aku redam letupan-letupan yang sempat bergejolak. Karena saat itu kebetulan aku sedang menulis profie Vita, maka kuteruskan sampai selesai. Entah kenapa aku masih berharap dia tidak pindah. Sebentar kemudian Vitri datang menemaniku barang beberapa saat. Ketika itu aku tengah menuliskan profile Dian. Vitri berlalu ke kamar Vita setelah beberapa saat menemani. Aku kehabisan kata-kata. Kusudahi pembuatan profile.

Aku ke kamar. Tak bisa kubendung air mata. Tak kuluapkan tangisku. Berharap aku masih bisa banyak menahan agar aku tidak terlalu banyak menangis.

Kuingat sore tadi Vita bertanya sesuatu yang sudah sangat menandakan akan kepergiannya. Tapi aku tetap menghibur diri dengan tidak mempercayainya.

Sehari kemudian, aku sudah meredam semuanya. Aku merasa, aku tidak perlu bersedih. Tidak ada yang perlu kusedihkan. Aku berusaha untuk menahan hatiku sendiri. Tak kubiarkan hatiku perih atau terluka. TIDAK BOLEH. Karena itu tidak ada gunanya. Sangat tidak ada gunanya.

Aku membuka friendster di suatu sore. Sengaja kubuka friendster milik Vita untuk mencari backround. Pada tampilan awal friendster Vita aku langsung bisa membaca shout outnya. Kubaca dan kuringkas intinya dalam hati. Aku terketuk. Sangat terketuk. Tanda-tanda kepindahannya sangat jelas.

Masih kutahan perih. Masih kutemukan harapan kalau semua itu tidak benar. Aku berusaha membuat enjoy. Dan beranggapan bahwa tak ada yang perlu disedihkan.

Kubuka YM. Pak Doni menghampiri dan mengajak Chating. Tak kuduga, Pak Doni membahas perpindahan anak season. Aku masih berusaha stabil kujawab apa adanya menurut apa yang aku tahu, meski sebenarnya aku masih banyak berharap kalau semua itu tidak akan terjadi dalam waktu dekat ini.

Bukti perpindahan Vita semakin nyata. Sehari sebelum ke Rembang, Ibuku banyak cerita tentang kepindahan itu. Dan dalam waktu dekat Vita akan dijemput. Cerita itu kudengar saat aku mau belanja keperluanku bersama Ibu. Aku tidak bisa membendung air mataku. Air mataku meleleh begitu saja, dengan tetap mencoba ditegar-tegarkan. Aku berpaling dari penglihatan orang-orang. Kuusap lelehan itu terus menerus hingga reda. Ibu masih terus menghibur dengan kata-kata yang membuatku sanggup menerima kenyataan.

Jika perpisahan itu terjadi ketika study di sini sudah sampai tiga tahun, setidaknya tidak berhenti di tengah jalan, mungkin aku tidak akan sesedih ini. Aku kembali menyalahkan diriku sendiri atas kegagalanku mempertahankan mereka. Aku merasa sangat bersalah.

Hingga di angkutan umum, aku masih mencoba meredam. Yah… kalaupun akhrinya mereka pindah mungkin tiulah pilihan yang terbaik. Di sini semua sama-sama berjuang. Maka tidak ada yang harus disalahkan. Aku bersyukur Allah membawakan mereka dan membawaku pada banya perubahan. Aku banyak belajar dari mereka. Aku harus Ikhlas.

Aku sudah tenang. Terlebih ketika sampai rumah lagi. Hatiku sudah tertata.

Yang selalu kubayangkan adalah yang terjadi ketika melihat kepergian seseorang. Melihat kepergian Hilwa setahun yang lalu saja rasanya sangat mengambil hati. Padahal aku baru beberapa saat mengenalnya. Aku merasa gagal dan merasa bersalah karena tidak bisa mempertahankannya. Sejak itu tiap ada anak baru yang mau sedikit mengenalku, aku berusaha memahamkan mereka tentang system sekolah yang memang tidak seperti pada umumnya. Berharap kepergian mereka tidak menghadirkan luka. Jika mereka pergi dalam keadaan bahagia, maka aku tidak perlu lagi bersedih hati.

Air mataku meleleh jika membayangkan apa yang terjadi denganku, dan bagaimana ekspresi wajah yang harus kusuguhkan ketika melihat kepergian mereka. Ketika mereka membawa seluruh benda-benda mereka dan berpamitan pindah. Entahlah…

Kukira Vita mau beranjak Senin pagi. Tapi ternyata sampai kepergianku ke rembang di siang hari itu, Vita belum juga pergi.

Hari berikutnya, aku sudah tenang. Aku tidak lagi mempermasalahkan perpindahan itu. Di Rembang aku sudah bisa menata hati. Bahkan aku sudah merelakan kepergiannya hari ini. Entah ini sungguhan, atau aku hanya berpura-pura pada diriku sendiri. Entahlah… yang pasti aku nggak boleh sedih di sini. Kalau aku perlihara dukaku, pasti acaranya semakin kacau.

Sorenya, Vitri sms. Memberi kabar tentang season yang berduka. Bahkan katanya lebih sakit daripada patah hati. Banyak yang shock dengan kepergian Vita juga karena berbagai hal. Vitri tidak sanggup bercerita waktu itu. Kubiarkan saja. Karena sejatinya aku tidak mau sedih lagi. Cukup kemarin…

Malamnya gantian Vita yang sms. Dia bercerita tentang season yang katanya sedang diselubungi awan hitam. Aku diminta untuk cepat pulang menenangkan mereka. Kubalas sms itu di malam yang sudah larut karena sebelumnya hpku dibawa Mbak Asna. Aku masih di depan kamar hotel dan duduk untuk menyiapka materi besok pagi. Kubalas sms Vita alakadarnya. “Emang anak season kenapa, Vit?”

Tidak ada jawaban. Mungkin karena sudah terlalu malam. Dan Vita sudah tidur.

Paginya lagi-lagi Vita kutanya lewat sms. “Sebenarnya anak season kenapa?”

Tidak ada jawaban. Kubiarkan dan tak kuambil pusing. Tidak kupikirkan terlalu dalam. Takut mengacaukan konsentrasiku di acara pelatihan journalistik ini. Kalau aku tetap membiarkan masalah itu menjamur di pikiranku, aku takut akan mempengaruhi peserta juga.

Kutegar-tegarkan dan kubuat enjoy aja.

Tiga hari berlalu. Waktunya aku pulang. Di perjalanan kuhabiskan waktu dengan sms. Sempat beberapa kali teringat kata-kata Vitri tentang kesedihan anak season, tapi tak kupikirkan dalam-dalam. Dan aku juga tidak bersedih. Karena aku yakin, sekarang anak season sudah stabil. Karena kepergian Vita sudah tiga hari yang lalu.

Tubuhku semakin meriang. Kepalaku nyut-nyutan. Hawa panas dingin bertautan. Rasanya masih tidak enak saat makan di sebuah warung sebelum sholat isa’. Arrggh… kuharap ini hanya lelah sesaat. Memang ini yang sering kurasa. Kecapean kalau bepergian.

Setelah sholat isa’ dan maghrib yang kujama’, kembali mobil berjalan untuk pulang.

Semakin tidak mengenakkan saja badanku. Tapi sengaja kuanggap hal yang biasa.

Sesampainya di depan rumah, aku turun. Mobil yang disewa itupun melewat sesaat setelah kami turun dan disalami teman-teman dari matapena yang lain.

Kusadari aku benar-benar lelah. Ah tapi waktu itu aku masih sempat menganggapnya hal yang biasa. Aku melangkah dan masuk rumah bersama Mbak Asna.

Rasanya semakin tak karuan. Kusempatkan memakan snack bersama adikku serta yang lain untuk beberapa saat. Tapi setelah itu aku langsung mencari kamar dan merebah. Menyelesaikan smsku dan mentutupnya. Karena aku sudah ingin segera tidur.

Paginya tubuh semakin tidak karuan. Batuk pilek, pusing, semua jadi satu.

Usai sholat subuh, Ibu memberikan pengobatan alteratif. Dikero’i dan dipijat. Lalu aku tetap merebah untuk tidur.

Beberapa saat setelahnya, Wikan dan Vitri menghampiriku. Memberikan sejumlah cerita yang membuatku jadi ikut tertawa. Lama setelah bercerita, Wikan berlalu. Vitri menyuguhkan segelas energen buatku. Hanya kuminum beberapa tegukan. Mungkin kurang dari setengah gelas. Karena tenggorokanku rasanya tidak enak, begitu juga dengan perutku.

Aku beranjak dari kamar. Menghampiri Wikan dan Vitri di teras. Sempat bercerita dan bercanda untuk beberapa saat. Setelah itu tidur lagi.

Siang itu. Wikan kembali menyuguhkan berbagai cerita di kamar. Yang kupikirkan saat itu, apa Wikan tidak takut ketularan Virusku. Tapi Wikan masih betah lama-lama denganku. Dan masih saja banyak bercerita yang lucu-lucu. Meski di sela ceritanya dia masih sempat menyelipkan masalah perpindahan anak season.

Ba’da maghrib tiba-tiba ada sms dari Ichwan yang menuturkan tiga kalimat. Pada barisan terakhir ada kalimat “V3 udah bilang sm kamu?”

“Bilang apa?” tanyaku.

“Dia belum bilang apa-apa?”

“Belum, emang bilang apa?”

“Nanti dia pasti memberitahumu sesuatu,”

Begitu tahu Vitri pulang dari masjid, segera kutanya perihal itu. Tapi Vitri tidak mengucap apapun. Dan ekspresi wajahnya masih menunjukkan tidak ada yang mau dia katakana. Ekspresinya masih datar. Tapi entah kenapa aku masih penasaran. Sempat ada dugaan mengenai perpindahan itu. Tapi urung kupikirkan.

“Dia kutanya, tapi tidak dijawab,”

“Sudah jangan paksa dia untuk mengatakan, nanti pasti dia mengatakan sesuatu,”

Persaan makin tidak enak. Tapi tetap tak kupikirkan.

“Sebentar lagi Vitri mudik.”

“Berapa lama? Eh Vita pindah ya?”

Satu ketukan menghentak lagi. Kenapa pertanyaan itu tepat berada di atas pertanyaan tentang Vita????

“Iya Vita pindah. Untung watu Vita pergi aku nggak ada di rumah. Jadi cuman aku yang nggak shock waktu itu. Cz aku udah shock duluan sebelum kepergiaannya,”

Dialog masih mengalir. Kutengahi dengan sholat isa’. Berikutnya dengan masih tetap mengenakan mukena, Wikan dan Vitri menghampiriku di kamar. Dian sendiri sedang belajar di kamarnya. Mila dan Khusunul sedang mudik.

Vitri memberikan banyak tisu untukku. Mungkin karena dia tahu kalau aku sendang pilek. Kemudian membukakan balsam milik Wikan lantas mulai mendekatkan di hidungku yang tadi sempat tidak karuan rasanya. Yang pasti tidak enak.

Begitu kuhirup balsam itu, rasanya keadaan hidungku semakin membaik. Sambil sesekali sms, aku mendengarkan cerita-cerita Wikan dan Vitri yang gokil-gokil. Membuat keadaan semakin nyaman. Pusingku pun mereda padahal sesaat lalu sempat sangat mengusikku.

Ada sms dari Zulfi tanya kabar kesehatanku. Kukatakan apa adanya. Kemudian dia menyuruhku istirahat. Sebenarnya aku ada niatan istirahat lebih awal. Tapi rasa penasaran tentang apa yang akan dikatakan Vitri menahanku. Dan aku terus bersama Wikan serta Vitri untuk berbagi cerita. Terlebih karena tahu kalau malam ini Vitri mau mudik.

Lama setelah menguak berbagai cerita, Vitri keluar kamar. Tak lama, Wikan segera meraih buku dari Zulfah dan menuliskan berbagi kata-kata. Satu pesan masuk. Kukira dari Ichwan. Ternyata dari Dian. Kubaca pesan panjang itu setelah menunggu satu pesan bisa tampil penuh di layar.

Hidup memang menyedihkan dan serius. Kita dibiarkan memasuki dunia indah. Di sini saling menyapa dan berkelana bersama untuk sejena. Lalu kita saling kehilangan dan lenyap dengan cara yang sama mendadannya dan sama tidak masuk akalnya seperti kita datang ke dunia ini. Maskipun kita hanya bertemu sekejab saja. Anggaplah selamanya. Vitri minta maaf jika punya salah…

????? tanyaku mendadak merasuki hati. Ternyata sms itu dari Vitri yang dikirim dari kamar seberang, tepatnya kamar yang berhadapan langsung dengan kamarku.

“Iya sama-sama. Tapi apa maksud dari kata-kata panjang itu. Kenapa seperti ada aura mengharukan?”

Ucapku. Aku masih menghibur diri kalau semua ini tidak akan terjadi. Aku berharap perpisahan itu tidak akan kualami malam ini. Meski dari berbagai sisi hati sudah memiliki firasat yang kuat. Aku tetap mencoba mengela.

Aku beranjak dari kamar menuju kamar mandi untuk mengganti pakaian sholatku. Sebelum memasuki kamar mandi, satu pesan kuterima. Dari Ichwan lagi. Kali ini dia tidak lagi bicara soal Vitri, dia mengalihkan pembicaraan. Dan membahas masalah impian. Dia bercerita tentang impiannya mengenai social. Dan menerangkan banyak hal lewat sms itu.

Makanya kalo kamu punya mimpi yang kamu pengen banget bayangin aja deh. Missal kamu pengen jalan-jalan ke mesir, kamu bayangin aja terus. Insya Allah kamu suatu saat akan ke sana. Percayalah… kalau kamu nggak percaya ya kamu nggak akan ke sana.


Kubalas,


Berikutnya kubaca sms dari DIAN. Kubaca dan kuringkas dalam hati.

Teteh, aku pamit mau pulang. Mungkin lebih tepatnya aku mau boyong. Alasan V3. Cz V3 mau dekat sama keluarga. Sebenarnya V3 betah banget di sini, tapi setelah kehilangan kakek sama Ayah, hati V3 merasa takut dan trauma kalau jauh. Aku berharap teth mengerti, tapi entah V3 ke sini lagi kok. V3 minta do’anya za. Biar dapat skul yang sesuati dengan V3. aku sayang kamu, Mbak!

GUBRAG!!! DUAR-DUAR!!!

Fiuh… tenang-tenang…

Kuraba hatiku dan kukendalikan. Tak kubiarkan pikiranku flashback masa lalu. Aku tahu hal itu malah akan membuatku menangis tiada henti. Maka aku berusaha menepis semua kenangan. Aku mengendap di kamar mandi. Berharap bisa berlama-lama di tempat itu. Aku merasa lebih nyaman dari pada keluar dan harus melihat kepergiannya malam ini. Nyaris terpikir olehku mau keluar, lalu ambil kerudung dan beranjak ke rumah Mbak Amik, atau Kana sampai Vitri pergi. Tapi mana mungkin. Aku masih lemah. Tepatnya, aku masih sakit. Air mataku hanya cukup kubiarkan dan kutahan di pelupuk mata. Aku menenangkan diriku. Kutahan perih ini dan tak ingin kuluapkan lewat tangisku.

Aku tidak betah di kamar mandi. Aku memutuskan kembali ke kamar. Menutup pintu dan segera merebah. Kuambil tisu yang tadi sempat diberikan Vitri. Kutarik selimut hingga menutup hampir seluruh tubuhku. Kulihat Wikan masih asik menulis dan malah bercakap-cakap sendiri mengomentari tulisannya. Aku tidak menanggapinya, bahkan aku tidak begitu dengar apa yang dia katakan.

Tisu itu bukan hanya untuk pilekku tapi juga untuk air mataku. Kuambil berkali-kali tisu yang ada di dekat Wikan.

Ada sms dari Ichwan lagi,

Tapi selain itu kita juga harus yakin, percaya sama impian kita, dan yang terpenting bersyukur selalu disetiap saat. Memang benar sesuatu yang menyakitkan itu sama seperti nafsu… semu… ada kalanya dia bisa datang dan pergi. Dan seharusnya ktia sadar akan hal itu…

Kubalas sms itu. Kutanya apakah ini semua yang akan Vitri katakan? Tentang kepindahannya? Bla…bla..bla (aku lupa)

Sabarlah sahabatku, iya itulah yang ingin dia katakan. Aku ingin dia mengatakan sendiri ke kamu. Aku taku kamu pasti shock dan sedih, tapi takdir sudah berbicara.


Kemudian dia memberikan banyak kata-kata di tengah tangisku yang sudah meledak. Tak bisa lagi kutahan. Takut jadi penyakit lagi seperti kemarin.

Aku masih belum membalas sms Vitri. Masih kusisakan air mata yang tak bisa kubendung. Sakitnya masih merasuk di hati. Sekali lagi dan sekali lagi kuambil tisu di dekat Wikan.

Kalo pilek itu jangan ditambahi nangis. Rasanya jadi nggak karuan,” ucap Wikan. Sepertinya Wikan tidak benar-benar tahu apayang menyebabkanku menangis.

Kubiarkan saja kata-kata Wikan barusan. Kutarik selimut dan masih kuusap air mataku. Kemudian kubalas sms untuk Vitri. Yang intinya jangan pernah ada kata pamitan. Ini bukan perpisahan. Kita masih bisa bersama. Meski di tempat yang berbeda. Karena yang terbaik selamanya bersama. Dan kita bisa jika bersama. Berjuanglah! Dimanapun kamu menuntut ilmu semoga diridhoi-Nya.

Dan masih banyak lagi. Tak ada kata-kata yang membiarkanku mencegah kepergiannya. Itu bukan hakku. Tapi sakit ini makin terasa. Yang paling menguasaiku bukan sakit fisik, tapi karena perih ini…

Ya Alloh, tegarkan hatiku! Aku berteriak terus dalam hati menyebut asma-Nya tiada henti. Berharap rasa sakit ini tak merajam.

Jangan biarkan aku kufur nikmat Ya Allah. Tegarkan aku. Ikhlaskan aku. Ini jalan-Mu. Ini takdir-Mu. Tak ada yang harus disesali. Tunjukkan langkah yang terbaik.

Aku juga teringat pesan singkat dari Raya beberapa waktu yang lalu.

Ada yang mengeluh, merasa jenuh, ingin gugur dan jatuh, ia berkata LELAH.

Ada juga yang lelah, pikiran penat tapi semangatnya kuat. Ia berkata

LILLAH.


kemudian sedikit kugubah kata-katanya,

Jika biasanya ketika mengeluh, rasa jenuh ingin jatuh rasanya, aku bisa saja berkata LELAH.

Tapi sekarang, aku lelah, sakit, pikiran penat, semangatku harus kuat dan mencoba untuk ikhlas maka aku barus berteriak LILLAH!

LILLAH!!!

Semua memang harus karena Allah.


Ada pesan dari Pak Doni. Entah Pak Doni sengaja mengirimkannya karena keletihan hatiku ini, atau tidak sengaja.

Tapi kukira tidak sengaja,

Letihkah? letih adlaah saat pena begitu enggan menggores kata. Tpai tintanya sebenarnya penuh bertumpah-tumpah. Letihkah? Letih bukanlah kaerna kehilangan tenaga setelah menulis ribuan kata melainkan karena menanti sesuatu yang tak pasti meski cupa berupa sepatah kata.

Tisu-tisu sudah banyak yang kugunakan. Aku masih tak berhenti menangis. Menangis atas nama perih. Itu saja. Aku belum ingin memaksa pikiranku untuk mengenang masa lalu.

Aku berharap sebentar lagi Wikan tidur, lalu pintu kamar tetap tertutup sehingga aku tidak perlu melihat kepergian Vitri.

Tapi harapanku pudar. Wikan keluar kamar dan menghampiri Vitri di kamar. Berteriak menyebut nama Vitri di kamar seberang.

Kutarik selimutku dan kuubah posisi tidurku. Lama setelah itu, ada seseoran yang menggapai punggungku. Aku menoleh sebentar, begitu tahu yang kulihat adalah Vitri aku langsung berpaling. Aku tidur tengkurap dan menghilangkan wajahku dari pandangannya. Masih kutahan perih di hatiku. Kutahan kuat-kuat. Sakiiiiiiiiiiiiit sekali. Wikan datang menghampiri.

“Ya kan, Fina itu nangisin kamu. Makanya kamu nggak usah pulang.”

Aku makin tak kuasa menahan sakit. Akhirnya tak kuat juga dan kembali lelehan itu mengalir.

Lama sekali Vitri berada di dekatku. Dia terus-terusan berusaha menenangkanku dengan terus mengelus pundakku. Berharap aku segera menatapnya. Kudengar Vitri mulai sesenggukan. Lama setelah itu mulai mendekat dan berbisik di telingaku.

“Maafin Vitri ya, Teh,” Ucapnya pelan.

Aku bangkit dan langsung merangkulnya. Tangis kami sama-sama meledak. Untung Wikan memberikan sensasi. Membuat suasana tetap jadi kocak. Jadi kami nangin sambil ketawa.

“Fina ditinggal Mbak Vitri aja kaya gini, apalagi kalau kutinggal. Tidur bareng, cerita bareng, ngompol bareng…”

“Haaaaaaaaaaa!” aku langsung reaksi.

“…Enggak, Fin. Pis.. pis… hahaha, ngompol bareng,” Wikan ketawa sendiri mengulang kata-kata ngompol itu. Dasar itu anak. Kapan coba kita ngompol bareng???

Suasana yang beberapa saat tadi penuh canda, jadi mengharukan meski masih aja ada banyak tawa.

Vitri ke kamar, mengambil agenda. Kami tukaran agenda, kemudian menuliskan kata-kata.

Aku menuliskan dengan kata-kata super berantakan. Saking kuatnya meluapkan perasaan sampai-sampai tidak sadar kalau bukunya terbalik. Aku langsung ketawa begitu sadar. Di lembar berikutnya aku balik buku itu secara normal dan menulis banyaaaaaaaaaaaak tanpa arah yang jelas.

Tadi malam aku belum membaca kata-kata Vitri semenjak dia usai menulis di buuk diaryku. Takut tangisku nggak karuan lagi. Kubaca sedikit saja, tapi tidak semua. Dan sekarang dan detik ini, aku akan membuka dan membaca tulisan Vitri yang ditulis di diaryku,,, semuanya.

Bismillah…

27-06-2008

Aku yang tak pernah tau apayang akan terjadi di hari esok. Maka aku mohon tuntutlah aku untuk dijalan-Nya.

Maafkanlah segala janjiku yang tak pernah kupenuhi. Meskipun kita tak saling bertatap muka. Tapi semoga do’a kita tak akan terhalang oleh apapun jua. Maafkanlah diriku.

Bangkit teteh!!! Kau selalu mengajariku agar selalu sabar, tegar dalam mengahadapi apapun. Demi mendapatkan cinta dan Ridho-Nya. Semoga silaturrahmi kita tak kan pernah terputus. Jangan lupa bagi-bagi ilmu sama Vitri ya!!! Kan ilmu teteh banyak… hehehe ^_^…

Keep your smile

Do’aku kan selalu menemani setiap langkah kecilmu. Kau selalu ada dalam hatiku dan akan selalu kujaga.

Semoga aku tak jadi penghalang…

Terimakasih kau selalu mengajariku untuk selalu semangat, untuk belajar menjadi lebih baik, mengenalkan dunia kepadaku, aku bukan ornag yang pintar dalam menulis kata-kata. Tetapi biarkan hatiku yang bicara. Persahabatan season tak akan pernah terputus. Setiap sudut rumah ini, pepohonan, air, RC sekolahan semua telah menjaid saksi bisu persahabatan kita semua…

SEMANGAT!!!

Kelulusan sebenarnya adalah kesiapan kita dalam menyongsong hari esok. So tatap haru esok dengan penuh senyum da nsemngat.











Ha..haa..

Maap nggak bisa gambar.

Tu kan kita mseua pada seny

um, teteh senyum dong. Moga cepet sembuh ya!!!

Bila tak ada hari esok l

agi.

Bersama untuk berdua.

Maka gunakan sisa waktu

Yang ada di dalam hidup ini.

Karena tak akan lama lagi….

Bila tinggal sedikit saja waktu.

Untuk kita berdua.

Maka maafkanlah segala janji.

Yang tak pernah terpenuhi.

Karena tak bisa tertebak segala…


Kenanglah semua yang pernah kita lalui bersama.

Meskipun sekejab saja. Anggaplah selamanya.

Bukanlah ini kehendakmu.

Tapi ini jalan yang terbaik.

Rindukan aku bila,,,

Esok tak lagi bersama…


Keep smile,,,

Memang benar sesuatu yang menyakitkan itu sama seperti nafsu…

Semua bukan untuk ditangisi, tapi untuk dimengerti.

Sebentar lagi Dian dan Wikan yang pergi, lalu Faiq yang akan resmi pergi…

Yang tinggal di rumah hanya beberapa…

Aku akan welcome bagi sobat-sobat yang mau memasuki rumahku… welcome to the SEASON. WELCOME TO OUR WORLD.

N KEEP STRUGGLE!!!

^_^


La tahzan,…


With struggle, with hope, with tears, with miss. With love…

We had joy, we had fun,

We had Season in the sun…